Kamis, 27 September 2012

menangis adalah sunnah dalam islam


Menangis adalah hal yang manusiawi pada diri manusia. Menangis bukanlah menunjukkan kelemahan jiwa seseorang. Salah besar jika ada anggapan bahwa orang yang rajin menangis adalah orang yang jiwanya lemah. Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia perkasa yang ulet, tahan uji, dan jauh dari sifat-sifat lemah. Terbukti beliau dapat menaklukkan semua serangan atas diri beliau, baik yang datang dari manusia, syaitan, bahkan yang datang dari hawa nafsu beliau sendiri.
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Najmi: “ Dan, tidaklah dia (Nabi Muhammad) itu berbicara dengan hawa nafsu, tetapi apa yang dikatakannya adalah berdasarkan pada wahyu yang diwahyukan kepadanya”Sosok lain adalah Umar “Al Farouq” bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, khalifah Rasulullah yang kedua. Beliau terkenal sangat tegas terhadap kedzaliman, dan mampu membuat kecut perut musuh-musuh Islam berbentuk kekuatan super power sekalipun, seumpama Romawi dan Parsi. Namun dibalik keperkasaan dan tubuh kekar yang beliau miliki, ternyata beliau sangat mudah menangis sampai mengguguk-guguk bila berdiri sholat menghadap Tuhannya, atau saat berdzikir menyebut dan mengingat asma Tuhannya. Padahal Nabi dalam hadits Bukhari Muslim mengatakan bahwa syaitan tidak akan berani berpapasan dengan Umar bin Khattab!
Sosok lain lagi adalah Muhammad Al Fattah, penakluk Konstantinopel. Beliau adalah seorang Pemimpin Islam yang sangat ulet dan perkasa di medan pertempuran, namun acapkali menangis tersedu-sedu saat mengadu kepada Tuhannya di malam hari yang sepi di kemahnya yang sederhana, di tengah-tengah kemah pasukannya yang terlelap kelelahan karena bertempur seharian.
Tegasnya, sekali lagi, menangis bukanlah tanda kelemahan jiwa seorang hamba yang menyebabkan seseorang dapat jatuh ke jurang kehinaan, namun justru sikap terpuji yang mesti wujud pada diri setiap hamba Allah yang senantiasa berdiri pada dua tonggak kehidupan yang sangat penting; khouf (rasa takut) dan roja’ (rasa harap).
Di masa sekarang ini banyak yang mencela orang yang suka menangis. Tidak jarang ketika seseorang melihat orang lain beribadah semisal; sholat, membaca Al Qur’an, berdzikir sambil menangis, maka orang yang melihat perbuatannya itu justru mengejek dan merendahkan perbuatan menangis tersebut.
Ada pula sekelompok umat Islam sekarang ini, yang sangat rajin membid’ahkan kaum muslimin yang rajin menangis.
Benarkah menangis sebuah perbuatan yang bid’ah? Apakah ada dasarnya di dalam Al Qur’an dan sunnah Rasul perintah menangis tersebut?
Ternyata ada banyak sekali ayat-ayat suci al-Qur’an yang mengajarkan dan mengkisahkan kepada kita perihal menangis ini, antara lain :
1. Surat Al Isra: 109
“Dan mereka bersujud sambil menangis dan maka bertambahlah atas mereka perasaan khusyu’”
2. Surat An Najmi: 59-60
“Apakah karena keterangan ini kamu merasa heran, lalu tertawa dan tidak menangis?”
3. Surat Maryam: 58
“…apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”
Kisah-Kisah Tangisan Dalam Hadits
Hadits 1
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu Rasulullah bersabda kepadaku: “Bacakanlah kepadaku Al Qur’an. Aku menjawab, “Ya Rasulullah bagaimana aku akan membacakan Al Qur’an kepadamu, padahal kepadamulah Al Qur’an itu telah diturunkan. Rasul bersabda: “Aku suka mendengar Al Qur’an itu dibaca oleh orang lain. Maka aku membaca surat An Nisa’ sampai kepada ayat fakaifa idza ji’na min kulli ummatin bi syahidin waji’na bika ‘ala haaulai syahidan (bagaimanakah bila Kami telah mendatangkan engkau (Rasulullah) sebagai saksi atas semua mereka itu?) Rasulullah bersabda, “ Cukuplah bacaanmu itu Ibnu Mas’ud. Maka Ibnu Mas’ud berkata, “maka aku menoleh pada Nabi, maka kulihat mata Nabi berlinang basah oleh air mata. (HR. Bukhari Muslim)
Hadits 2
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, pada suatu hari Rasulullah berkhutbah yang mana belum pernah aku mendengar khutbah Beliau yang seperti itu. Maka Beliau bersabda dalam khutbahnya itu: “Andaikata kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu semua akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. Anas berkata, “saat itu para Sahabat Nabi semuanya menutup wajah mereka sambil menangis tersedu-sedu. (HR. Bukhari Muslim)
Hadits 3
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam neraka, seseorang yang pernah menangis karena takut kepada Allah, sehingga air susu kembali ke putingnya, dan tidak akan dapat bersatu debu saat berjihad fisabillah dengan asap neraka jahannam”. (HR. Tarmidzi)
Hadits ini mengungkapkan bahwa mustahil bagi seseorang yang pernah menangis berurai air mata karena takut kepada Allah saat di dunia, bakal dimasukkan ke dalam neraka oleh Allah Azza Wa Jalla di hari kiamat.
Hadits 4
Dari Abdullah bin As Syikhkhir dia berkata, aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat itu Beliau sedang melaksanakan shalat, maka terdengarlah rintihan Nabi karena menangis seumpama air yang sedang direbus dalam periuk. (HR. Abu Dawwud, Turmidzi)
Hadits 5
Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah telah bersabda, “Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah melainkan dua tetes dan dua bekas; Tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah dalam mempertahankan agama Allah. Adapun dua bekas adalah bekas perjuangan fi sabilillah dan bekas yang timbul karena memperjuangkan hal-hal yang diwajibkan Allah. (HR. Turmidzi)
Hadits 6.
Rasul bersabda: “Menangislah kamu semua. Dan apabila kamu tidak dapat menangis maka pura-pura menangislah kamu!” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Dishohihkan oleh Hakim dan Dzahabi).
Dalam hadits ini, menangis jelas ada diperintahkan oleh Rasulullah kepada umatnya. Dan jika hati kita masih keras sehingga sulit untuk menangis, maka Nabi memerintahkan untuk berpura-pura menangis terlebih dahulu. Pura-pura menangis bukanlah sesuatu yang buruk. Banyak orang hari ini, karena ketidak tahuannya, mereka selalu menghina saat melihat orang lain berusaha keras untuk menangis dengan menuduh mereka pura-pura menangis.
Di mata mereka pura-pura menangis adalah perbuatan hina dan dosa. Padahal berpura-pura menangis adalah ibadah di sisi Allah Azza Wa Jalla. Kenapa pura-pura menangis disebut ibadah? Jawabnya tidak lain karena pura-pura menangis adalah perintah Rasulullah. Sudah diketahui dalam Islam bahwa menjalankan sebuah perintah Nabi adalah ibadah di sisi Allah. Dan, menjalankan sebuah ibadah akan mendapatkan pahala dan ganjaran kebaikan dari Allah Robbul Jalal. Maka apakah pantas orang yang sedang beribadah , dalam hal ini pura-pura menangis, mendapatkan ejekan dari mereka yang mengaku muslimin juga?
Hadits 7.
Dari Al Irbad bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah telah menasehati kami dengan nasehat yang menyebabkan hati kami bergetar dan airmata kami bercucuran.” ( HR. Abu Daud)
Kisah-Kisah Tentang Tangisan Sahabat Nabi
Saat Rasulullah sakit keras dan tidak dapat mengimami sholat dengan para sahabat, saat itu Rasulullah memerintahkan Abu Bakar Siddiq radhiyallahu ‘anhu menjadi imam atas para Sahabat. Siti Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan bahwa jika Abu Bakar berdiri sebagai imam menggantikan Rasulullah maka beliau akan menangis keras sekali sehingga bacaan qur’annya tertutup (tidak terdengar oleh para Sahabat) karena suara tangisannya itu. (HR. Bukhari Muslim)
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah telah bersabda pada Ubay bin Ka’ab, “Allah telah menyuruh aku membacakan surat Lam Yakunil ladzina (Al Bayyinah) kepadamu. Ubay radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Apakah Allah menyebut namaku, ya Rasulullah?” Nabi menjawab “Iya. Namamu dan nama bapakmu.” Maka menangislah Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. (HR. Bukhari Muslim).
Suatu hari sesudah Nabi wafat, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma mendatangi Ummu Aiman. Beliau berdua berziarah kepada Ummu Aiman karena mengikuti perilaku Nabi yang sering menziarahi wanita mulia ini. Saat kedua Sahabat utama Nabi tersebut sampai di rumah Ummu Aiman, serta merta Ummu Aiman menangis. Abu Bakar dan Umar bertanya kepada Ummu Aiman, kenapa wanita mulia itu menangis, seraya keduanya berkata, “Tidakkah engkau mengetahui bahwa apa yang tersedia untuk Rasulullah di sisi Allah adalah jauh lebih baik?”. Saat itu Ummu Aiman menjawab, “Aku bukan menangis karena itu, tetapi aku menangis karena wahyu dari langit kini telah terputus dengan wafatnya Rasulullah.” Jawaban Ummu Aiman ini serta merta menyebabkan Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma menangis mengiringi tangisan Ummu Aiman. Kemudian mereka bertiga sama-sama menangis. (HR. Muslim)
Beruntunglah orang yang dapat menangis karena takut kepada Allah atau karena terharu dalam agama, terkadang menangis juga bisa terjadi karena besarnya kasih sayang yang diletakkan Allah dalam dada seseorang. Nabi Muhammad pernah menangis saat melihat putra tercinta, Ibrahim dalam sakaratul maut. Beliau berkata: “Air mata ini adalah kasih sayang yang diletakkan Allah dalam hati setiap hamba-Nya.”
Namun demikian, rugi rasanya jika air mata tertumpah untuk hal-hal yang sepele, dan tidak bernilai disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hari ini banyak air mata tertumpah untuk hal yang sia-sia, sementara untuk agama matanya beku tak pernah menangis.
Rasul berpesan: “Mata yang beku yang tidak mampu menangis adalah karena hati orang itu keras, dan hati yang keras adalah karena menumpuknya dosa yang telah diperbuat. Banyaknya dosa yang dibuat seseorang adalah karena orang tersebut lupa mati, sedangkan lupa mati datang akibat panjangnya angan-angan. Panjang angan-angan muncul karena terlalu cinta pada dunia, sedangkan terlalu mencintai dunia adalah pangkal segala perbuatan dosa.”
Wallahu a’lam.

nilai kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

=================================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!


 Sumber : andriewongso.com

Biarkan Mutiara Kebaikan itu Terus Tersimpan di Lubuk Hati


Cobalah hilangkan gundahan hati untuk semua kebaikan yang kita lakukan dan berikan kepada orang, meski sekuat tenaga benih kebaikan yang sudah kita taburkan untuk orang lain tetapi orang lain tetap tak bergeming, mengabaikan dan tidak memberikan apreasi meski sekian lama kebaikan kita telah torehkan, curiga, bahkan menyudutkan dengan tuduhan bahwa seolah mereka mencium  aroma kebusukan di balik semua tindakan yang kita lakukan, ibarat air susu dibalas dengan air tuba.
Risau dan gundah, buanglah jauh-jauh perasaan demikian. Bisa jadi mungkin orang tidak  memahami dengan pasti kebaikan yang kita berikan, atau kemampuan atau sumber daya menerima untuk menerima kebaikan kita terbatas, atau bisa jadi memang itu memang sebuah ujian untuk kita hadapi dalam menaiki anak tangga ketulusan dan keikhlasan.
Banyaknya pujian jangan sampai membuat kita terbuai, atau sebaliknya janganlah pula kita berlama-lama dengan kecewaan yang mendera akibat penerimaan orang lain tidak seperti yang kita harapkan. Karena memang kita tak pernah mengukur sebuah ketulusan dan pamrih. Dan tentunya  mendengar pujian adalah sebentuk pamrih juga yang semestinya tak diperlukan dalam sebuah ketulusan.
Jelas bukan, putuskan ikatan kekecewaan dari hati kita oleh cibiran dan hinaan orang lain yang terus mengganggu niat baik yang keluar dari lubuk hati yang tulus. Biarkan hati kita mengalir butiran air kebaikan dalam keluasan samudera hati.
Berbuat baiklah terus seakan-akan kita tak menyadari sedang melakukan kebaikan. Semestinya memang kita tak perlu merasa baik,karena di saat kita merasakannya, kebaikan itu mengambil jarak dari kita. Ia menjadi sesuatu yang lain dari diri kita. Semestinya kebaikan menyatu dalam diri kita.
Ingatlah, di saat mengasah sebuah pisau, takkan kita dapati ia menjadi tajam, hingga kita berhenti untuk merasakan ketajamannya.Di saat kita melakukan kebaikan, kita tak perlu berusaha untuk menyadarinya. Biarkan kebaikan mengalir begitu saja, karena hanya bila kita berhenti sajalah kita baru bisa merasakannya.
Dan di saat berhenti, kebaikan itu bukan lagi milik kita. Di saat kita berusaha merasakannya, kebaikan itu sudah menjadi milik pisau.Biarkan orang lain memperlakukan kita dengan sikap atau cara apapun yang mungkin dapat saja begitu menyakitkan hati, menggoreskan Luka hati, bahkan membuat kita sedih biarkan kebaikan kita dihempaskan sedemikian rupa, karena memang mutiara tetaplah mutiara meski terletak di dasar lumpur pekat sekalipun.
Jadi, , tak ada alasan kita menjadikan hati nelangsa dan gundah gulana. Yang pasti dunia kita tidak akan segera berakhir hanya karena orang lain tak menyukai keberadaan dan segala kebaikan yang kita lakukan, bukan! Dan buatlah semua kebaikan karena Tuhan semata dan bukan karena manusia, dengan begitu hati kita menjadi jauh lebih damai dan ikhlas

http://lukmanprayitno.wordpress.com/inspirasi/biarkan-mutiara-kebaikan-itu-terus-tersimpan-di-lubuk-hati/

cerita mengharukan dari seekor tikus


 Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam,
"Hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak,
"Ada perangkap tikus di rumah!....di rumah sekarang ada perangkap tikus!...."
Ia mendatangi ayam dan berteriak,
"Ada perangkap tikus!"
Sang Ayam berkata,
"Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata,
"Aku turut bersimpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan."
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
" Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular.
Sang ular berkata,
"Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya(kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

SUATU HARI.. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA... PIKIRKANLAH SEKALI LAGI..