Senin, 23 Januari 2012

askep gastritis

Asuhan keperawatan gastritis

Pengertian Gastritis
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung, mungkin akut atau kronis.Gastritis akut, gangguan perut yang paling umum, mengakibatkan mukosa lambung memerah, edema, dan erosi permukaan.

Gastritis kronis adalah umum di antara orang tua dan orang dengan anemia pernisiosa. Ini sering hadir sebagai gastritis atrofi kronis, di mana lapisan mukosa lambung semua meradang, dengan berkurangnya jumlah sel kepala dan parietal. Gastritis akut atau kronis dapat terjadi pada semua usia.

Penyebab Gastritis

1. Konsumsi makanan tidak sehat, seperti cabai (atau reaksi alergi) atau alkohol.
2.Obat-obatan seperti aspirin dan nonsteroidal anti-inflammatory agen, agen sitotoksik, kafein, kortikosteroid, antimetabolites, fenilbutazon, dan indomethacin
3.Tertelan racun, terutama dichlorodiphenyltrichloroethane, amonia, merkuri, karbon tetraklorida, atau zat korosif.
4. Endotoksin bakteri, seperti staphylococci, Escherichia coli, dan Salmonella.

Komplikasi Gastritis
1. Pendarahan
2. Syok
3  Perforasi
4. Radang selaput perut
5. Kanker lambung.

Tanda dan gejala pasien dengan Gastritis

pasien dengan gastritis akut biasanya merasakan tidak nyaman pada epigastrium, gangguan pencernaan, kram, anoreksia, mual, hematemesis, dan muntah. Gejala-gejala pasien dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gastritis kronis dapat menjelaskan gejala yang sama, hanya mengalami ketidaknyamanan epigastrium ringan, atau hanya keluhan samar-samar. Misalnya, pasien dapat melaporkan intoleransi makanan pedas atau berlemak atau nyeri epigastrium ringan.

Pasien dengan gastritis atrofi kronis sering asimtomatik.
Pada pemeriksaan, pasien mungkin tampak normal atau menunjukkan tanda-tanda seperti tertekan sebagai kelelahan, meringis, dan gelisah, tergantung pada keparahan gejala. Jika perdarahan lambung telah terjadi, ia mungkin tampak pucat dan tanda-tanda vitalnya mungkin mengungkapkan takikardia dan hipotensi. Inspeksi dan palpasi dapat mengungkapkan distensi abdomen, nyeri tekan, dan menjaga. Auskultasi dapat mengungkapkan peningkatan bising usus.

Diagnosa Keperawatan Gastritis

1. Nyeri akut
2. Kekurangan pengetahuan (diagnosis dan pengobatan)
3. Ketidak seimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
4. Ketidakefektifan koping
5. Risiko kekurangan volume cairan

Kriteria hasil tindakan keperawatan Gastritis

1. Pasien mampu mengungkapkan perasaan nyaman.
2. Pasien mengekspresikan pemahaman tentang gangguan dan rejimen pengobatan.
3. Pasien mampu mempertahankan berat badan.
4. pasien tidak mengungkapkan kekhawatiran tentang kondisi saat ini.
5. Pasien mampu mempertahankan volume cairan normal

Intervensi Rencana Perawatan Untuk Gastritis

1. Berikan dukungan fisik dan emosional.
2. Sediakan antiemetik dan mengganti I.V. cairan sesuai order, serta monitor asupan cairan dan output dan kadar elektrolit.
3. Berikan diet lunak dengan memperhitungkan preferensi makanan.
4. Anjurkan makan sedikit, tapi sering untuk mengurangi jumlah sekresi lambung yang mengakibatkan nyeri.
 
http://medianers.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-gastritis.html

Selasa, 10 Januari 2012

askep typoid


Askep Demam Tifoid Pada Anak


A. PENGERTIAN
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
B. PENYEBAB
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)
C. PATOFISIOLOGIS
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
PATHWAYS
Salmonella typhosa
Saluran pencernaan
Diserap oleh usus halus
Bakteri memasuki aliran darah sistemik
Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksinusus halus
Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam
Pendarahan dan Nyeri perabaanperforasi Mual/tidak nafsu makan
Perubahan nutrisi
Resiko kurang volume cairan
(Suriadi & Rita Y, 2001)
D. GEJALA KLINIS
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)Gambaran klinik tifus abdominalisKeluhan:- Nyeri kepala (frontal) 100%- Kurang enak di perut ?50%- Nyeri tulang, persendian, dan otot ?50%- Berak-berak ?50%- Muntah ?50%Gejala:- Demam 100%- Nyeri tekan perut 75%- Bronkitis 75%- Toksik ?60%- Letargik ?60%- Lidah tifus (“kotor”) 40%(Sjamsuhidayat,1998)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Perifer LengkapDapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.2. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus3. Pemeriksaan Uji WidalUji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:• Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri• Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri• Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)
F. TERAPI
1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6. Golongan Fluorokuinolon• Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari• Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari• Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari• Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari• Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)
G. KOMPLIKASI
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)
H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh
C. PERENCANAAN
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal• Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia• Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan• Berri minum yang cukup• Berikan kompres air biasa• Lakukan tepid sponge (seka)• Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat• Pemberian obat antipireksia• Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan• Menilai status nutrisi anak• Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.• Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi• Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering• Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama• Mempertahankan kebersihan mulut anak• Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit• Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
3. Mencegah kurangnya volume cairan• Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam• Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah• Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama• Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam• Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge• Memberikan antibiotik sesuai program(Suriadi & Rita Y, 2001)
I. DISCHARGE PLANNING
1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.4. Penderita memerlukan istirahat5. Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat(Samsuridjal D dan Heru S, 2003)6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak7. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.(Suriadi & Rita Y, 2001)

http://askepasbid.wordpress.com/2010/10/05/askep-demam-tifoid-pada-anak/

tips menjaga keperawanan wanita

Memang menjaga keperawanan wanita dan keperjakaan laki-laki itu tidaklah mudah. Apalagi jika menilik pergaulan saat ini yang sudah dipengaruhi budaya kebarat-baratan yang mengarah pada free sex (seks bebas). Bagi orang-orang yang lebih memperturutkan hawa nafsunya, membicarakan pentingnya menjaga keperawanan dianggap sesuatu yang tidak penting bahkan malah menjadi ejekan mereka dan menganggap kehilangan keperawanan/keperjakaan karena melakukan hubungan seks dengan orang yang dicintai (sebelum menikah) adalah wajar. Astaghfirullahaladzim…

perawan

Pengaruh budaya, pergaulan dan media elektronik terutama televisi dan internet makin memudahkan seseorang tergelincir berbuat asusila. Tontonan dan bacaan yang vulgar dan hubungan lawan jenis yang tidak diimbangi dengan pengetahuan agama dan nilai-nilai moral dapat menjerumuskan para remaja kepergaulan bebas yang pada akhirnya jatuh ke perbuatan zina, menghilangkan keperawanan dan keperjakaannya. Belum lagi kondisi yang bakal mereka hadapi setelah itu, hamil muda, penyakit kelamin, HIV/AIDS, adalah akibat yang ditimbulkan dari hubungan seks bebas.

Bagi orang yang pernah melakukan seks bebas sebelum nikah, biasanya akan mengulang kembali perbuatannya karena menganggap diri sudah tidak suci lagi atau juga karena menikmati perbuatannya tanpa memikirkan dampak buruknya.

Berikut ini ada beberapa tips untuk menjaga dan mempertahankan keperawanan wanita dan keperjakaan pria untuk dilakukan :

1. Memilih pergaulan yang positif. Pilihlah pergaulan atau pasangan yang menurut kita memiliki kualitas yang berharga baik dari segi agama maupun perbuatannya. Bergaul dengan komunitas yang baik akan berdampak baik pula bagi kita sehingga kualitas keimanan semakin meningkat. Sama halnya juga dalam memilih pasangan, pilihlah pasangan yang baik yang mencintai kita karena Allah. Pasangan yang baik tidak akan menjerumuskan kita kepada perbuatan dosa dan memperturutkan hawa nafsu, melainkan ia akan menjaga kehormatan kita.

2. Membuat kesepakatan di awal hubungan. Sebaiknya sebelum menjalin hubungan dengan sang pujaan, buatlah kesepakatan bahwa kita tidak ingin ada perbuatan mesum yang menyertai hubungan tersebut. Bumbu ‘berpacaran’ seperti sentuhan dan sebagainya hanya boleh dilakukan setelah menikah nanti karena toh ia yang akan menjadi suami/istri kita kelak. Tegaslah mengambil keputusan jika pasangan meminta hal yang belum menjadi haknya. Jangan sampai kita terutama wanita menjadi bunga yang hanya dihisap madunya atau habis manis sepah dibuang.

3. Menghindari ajakan untuk berbuat mesum. Bagi yang sudah berpacaran, antara cinta dan nafsu menjadi semu. Itulah kenapa banyak orang beranggapan kalau berciuman atau berpelukan untuk menunjukkan rasa cinta dianggap wajar, padahal aktivitas tersebut merupakan pintu masuk untuk berbuat zina.
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’ :32)
Hindarilah ajakan pacar untuk melakukan perbuatan mesum, nyatakan dengan serius bahwa kita tidak menyukainya dan perlu mengingatkannya pula akan dosa. Jika kamu tidak berani menolaknya dan tergelincir akibat hasrat dan bujuk rayu, potensi untuk melakukan perbuatan tersebut menjadi lebih besar kedepannya.
Rasulullah mengajarkan sebuah doa perlindungan kepada kita manakala mendapatkan godaan iman.
“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat dari bisikan setan, dari tiupan setan dan hasutannya.” (H.R. At-Tirmidzi)

4. Menghindari situasi atau tempat untuk berbuat mesum. Hindarilah berdua-duaan dengan pasangan dimana saja berada kecuali disertai muhrim. Upayakan untuk selalu berada di wilayah publik dan tetap terpantau oleh anggota keluarga.
Rasulullah berpesan seperti yang diriwayatkan Ibnu Abbas:
“Janganlah sekali-kali seorang (diantara kalian) berduaan dengan wanita, kecuali dengan mahramnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hindari pula tempat-tempat publik yang membuat kita bisa melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan virginitas kita. Jangan biarkan diri kita pergi ke tempat hiburan malam seperti pub, diskotik dan tempat maksiat lainnya atau pergi bersama pasangan dengan mengendarai mobil dan parkir di tempat yang sepi. Hindari aktivitas yang dapat membangkitkan sahwat kita seperti menonton film porno, membaca majalah porno dsb. Hindari pula menyendiri di rumah karena hal itu sama saja memberi kita kesempatan untuk melakukan banyak hal di luar kendali kita.

5. Menjaga sikap dan aurat. Sikap yang manja atau berkata dengan nada mendesah hendaklah dihindari karena dapat memancing orang lain untuk bertindak di luar kontrol. Menjaga aurat juga wajib untuk dilakukan dari atas hingga bawah anggota tubuh, hindari pakaian yang menampakkan bentuk tubuh dan terbuka. Berpakaian ketat dan menampakkan aurat baik di keramaian maupun saat bersama pasangan sama dengan menyediakan diri kita ke mulut buaya.
Allah SWT berfirman:
“Katakanlah kepada orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Q.S. An-Nuur: 30)
Allah juga memerintahkan hal yang sama kepada wanita untuk menahan pkitangannya terhadap laki-laki dan menjaga kemaluannya. Allah berfirman:
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya.” (Q.S. An-Nuur: 31)

6. Bersikap waspada dimanapun berada. Berpakaian menutup aurat belum tentu menjamin kita terbebas dari perbudakan sahwat, apalagi bagi orang yang memamerkan auratnya. Waspadalah saat kita berada di tempat yang sepi, berhati-hatilah dengan orang yang baru kita kenal atau yang sudah lama dikenal, karena perbuatan itu terjadi bukan saja karena ada niat namun lebih karena adanya kesempatan. Tentu kita masih ingat apa pesan bang Napi.

7. Ciptakan lingkungan pertemanan yang sehat dan islami. Jangan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak sehat dalam pergaulannya. Jadilah diri sendiri dan jangan mudah bergantung pada orang lain, karena bisa saja teman yang selama ini kita anggap baik ternyata buruk, jika kita terus membiarkan diri kita didalamnya tanpa melakukan perubahan ke arah yang baik, dikhawatirkan kita juga lambat laun akan tertular pergaulan yang tidak baik dan menjerumuskan diri kita sendiri tanpa disadari. Untuk itu, bijaklah dalam memilih teman dan jadilah orang yang punya kepribadian yang pantas diteladani.

8. Menanamkan nilai-nilai agama dan moral. Nilai agama dapat diperoleh lewat pembelajaran baik dari guru agama, ustadz, orang tua dan sahabat atau buku-buku agama. Ingatlah bahwa semua yang ada pada diri kita merupakan amanah dari Allah SWT. Kecantikan bagi wanita, ketampanan bagi pria, seperti halnya keperawanan, ia adalah anugerah bagi setiap insan untuk dijaga dari perbuatan dosa, ketika sudah merasa mampu, menikahlah, karena itu adalah hak bagi suami atau isteri kita nantinya. Jangan sampai kita menyerahkannya kepada orang yang bukan pasangan sah kita. Alangkah sangat ruginya orang yang telah kehilangan keperawanan atau keperjakaannya karena berzina.

9. Menyadari akibat yang ditimbulkan. Ingatlah bahwa hubungan seks bebas hukumnya adalah dosa besar sehingga Imam Ahmad mengatakan “Aku tidak tahu ada dosa yang lebih besar setelah membunuh jiwa dari pada zina.”
Selain itu, hubungan bebas yang dilakukan berisiko tertular penyakit yang berbahaya, seperti sipilis, HIV/AIDS dan penyakit kelamin lainnya apalagi bagi orang yang suka gonta-ganti pasangan. Bukan hanya si pelaku yang mendapatkan akibatnya, keluarga juga bisa ikut menderita.
Bila yang menjadi korban adalah wanita, bisa saja ia mengalami kehamilan yang tak diinginkan, akhirnya diri pun menanggung aib yang memilukan, membuat malu keluarga dan beban psikologis lainnya. Belum lagi tuntutan dari orang sekeliling yang menginginkan agar bayinya digugurkan. Masa depan korban atau pelaku benar-benar dipertaruhkan. Jika sudah terjerumus, aib akan sulit untuk dihilangkan hingga akhir hayat.

Oleh karena itu, baik pria maupun wanita yang belum menikah berniatlah dan berusahalah untuk tetap mempertahankan keperawanannya dan keperjakaannya. Tanamkan keyakinan bahwa dengan menjaga kesucian diri maka Allah akan memberikan kita pasangan yang suci. Kita pun akan puas dan bahagia bila dapat mempersembahkankan sesuatu yang paling berharga kepada orang yang kita cintai pada waktu yang telah dihalalkan untuk itu.

Bila kita benar-benar dapat menjaga kesucian itu, maka orang akan menghormati dan menghargai kita. Sama halnya ketika kita menerima pasangan yang menjaga kesuciannya.
http://artis-indo-hot.blogspot.com/2009/08/tips-menjaga-keperawanan-wanita.html